on Rabu, 12 Oktober 2011
Pada kesempatan lain, setelah puas berkeliling di dunia Indonesia Timur, saya berkesempatan untuk melihat negara tetangga terdekat kita : Singapura. Well seperti kata orang, kita ini adalah makhluk yang selalu belajar, maka saya mencoba membagikan pengalaman saya di sana. Semoga dapat berguna bagi anda sekalian.

Kapal Cepat Menuju Singapura
Saya mencoba berangkat melalu Batam. Kata orang-orang bila melalu Batam biaya fiskalnya tidak terlalu mahal. Jadi dari Kota Surabaya saya naik pesawat menuju Batam, dari sana saya bertolak dengan kapal cepat menuju pelabuhan Harbour Front di Singapura.
Ternyata… kapal cepat yang digunakan untuk menuju Singapura mempunyai tipe yang sama dengan kapal cepat dari Ambon menuju Masohi. Cuma label kapalnya saja yang berbeda.
(Hics.. jadi teringat masa-masa sulit di Pulau Seram…)
Sesampainya di negeri tetangga, setelah tengok sana tengok sini sebentar, saya lalu mencoba naik Mass Rapid Transit (MRT) guna menuju tempat menginap saya. Dasar orang udik, pertama kali mencoba bingung ga karuan. Bagaimana prosedurnya, bagaimana mendapatkan tiket MRTnya, bagaimana cara masuk dan keluar MRTnya? (Supaya tidak nyasar). Untunglah ada yang membantu saya.
Lho pak bicaranya pakai bahasa apa? So pasti bahasa Inggris. Saya tidak menemukan kesulitan untuk berbahasa inggris, namun konyolnya… saya kesulitan dalam “mendengarkan” pembicaraan dalam bahasa inggris. “Listening” saya harus dilatih lagi nampaknya.. Logat inggris di Singapura bukan logat inggris asli, penduduk setempat lebih menyebutnya sebagai sing-lish. Makanya saya agak “ndeso” dalam berbicara di sana.
MRT - jalur atas
MRT jalur atas
MRT di Singapura mempunyai 2 jenis platform, platform upperground dan underground. Pada Foto di atas dapat dilihat untuk platform upperground (di atas tanah). Sebenarnya antara upperground dan underground jalurnya saling terkoneksi. Pada daerah kota (Orchard dkk), kereta MRT dilewatkan pada bawah tanah, namun setelah stasiun Bishan, perlahan-lahan rel tersebut menanjak naik menuju Upperground. Konsep ini kurang lebih sama dengan yang akan diterapkan di kota Jakarta. MRT dari arah Lebak Bulus akan diposisikan di atas tanah, sedangkan ketika melewati depan senayan, MRT tersebut secara perlahan-lahan akan terbenam dan masuk ke dalam tanah. (Kapan Surabaya…? :D )
MRT jalur bawah
Suasana di dalam MRT
Coba perhatikan pada foto MRT jalur bawah, mereka sangat memperhatikan jalur orang buta. Strip-strip stainless pada lantai (foto di atas) merupakan jalur khusus untuk orang buta. Memang di sana pejalan kaki adalah nomor satu. Bila ada terjadi papasan antara mobil dengan pejalan kaki, yang menang adalah pejalan kaki. Bandingkan dengan di Surabaya, mau menyeberang di lampu merah saja, zebracrossnya sudah di-occupied sama sepeda motor yang berjubel padat.
MRT itu sendiri tidak jauh berbeda dengan kereta api di Indonesia. Hanya saja sumber tenaganya berasal dari listrik. Kalau di Indonesia kan dari Solar + mesin diesel. Perbedaan lain yang paling mencolok adalah tingkat kebersihannya serta maintenancenya. Luar biasa “kinclong”. Padahal umur kereta yang saya naikin sudah sekitar 3 tahun. Bandingkan dengan Komuter Sidoarjo – Surabaya kita yang baru 1 tahun sudah terlihat ” tua renta”? (Tanya kenapa? )
Kembali ke perjalanan saya menuju tempat menginap. Sembari membawa koper, koper saya ada rodanya jadi saya tarik. Selama menarik koper, saya tidak perlu mengangkat koper tersebut sama sekali. Bila trotoar tersebut berpotongan dengan jalan, maka trotoar tersebut akan melandai turun lalu kemudian naik lagi. (Istilah arsitekturnya adalah RAMP.) Semua perpotongan jalan dan trotoar diberikan ramp. Wow, tentunya pengguna wheelchair sangat berbahagia di negara ini.
Setelah sampai tujuan, saya beristirahat dan menikmati malam pertama di negara tetangga ini.
Keesokan paginya, saya mencoba untuk naik bus. (Di Surabaya saya hampir tidak pernah naik Bus umum, pernah hampir kecopetan). Ternyata naik bus di Singapura benar-benar menyenangkan. Jauh dari kesan kumuh. Bersihnya minta ampun, keamanan terjamin dan yang pasti…. tidak ada asap rokok! Naik bus jadi terasa bertamasya. Baru kali ini saya menjumpai bus seperti ini. Sistem pembayarannya bisa menggunakan uang tunai atau kartu berlangganan yang dapat diisi ulang.
Halte Bus - masyarakat di sana terbiasa untuk antri
Halte Bus di Sembawang Way
Kondisi Bus yang super nyaman
Bagi mereka yang berdomisili jauh dari akses MRT atau bus, biasanya mereka naik sepeda pada awal kerja. Kemudian sepeda tersebut mereka kunci pada tiang halte Bus. (Lihat gambar di atas, banyak sepeda yang parkir). Setelah itu mereka pun berangkat kerja dengan menggunakan MRT atau Bus. Sepulang kerja mereka cukup menuju halte semula dan pulang dengan mengendarai sepeda mereka. (Bila di Surabaya dalam waktu 5 menit sepeda mereka pasti sudah amblas.. hics..)
Perjalanan kemudian saya lanjutkan kembali dengan berjalan kaki. Setelah berjalan kaki cukup lama (merupakan penderitaan tiada tara bagi seorang manusia yang tidak pernah jarang berjalan kaki..) sampailah saya pada kawasan Novena. Nampaknya tipikal penghijauan di Singapura hampir sama. Pohonnya besar-besar. Rimbun dan teduh. Kebanyakan merupakan jenis pohon trembesi. ciri khasnya pohon ini berupa ranting dan dahan pada bagian bawah, namun rimbun  penuh daun pada bagian atasnya. Bagaimana jembatan penyeberangannya? Wow asri nan indah.
Vegetasi pada Pedestrian Way
Pohon Trembesi pada koridor Jalan Raya
JPO dan Koridor Jalan Raya
JPO, manakah reklamemu? :D
Satu hal yang saya tidak temui adalah …. Reklame. Di Surabaya, reklame merupakan sebuah lahan pendapatan tersendiri. Hal tersebut menyebabkan kota yang indah dijejali beragam model papan iklan, spanduk,  dan banner. Penataan antar reklame semrawut saling tumpang tindih antar satu dengan lainnya. Pohon pun dikepras demi reklame. Ouch!
Pada JPO yang saya amati, terdapat tanaman perdu pada bagian tepi kiri-kanan dari jembatan. Pada JPO lainnya lagi, “kaki”nya diberikan tanaman bersulur yang tumbuh subur. Asri sekali. Bila disingkat secara kata-kata mungkin seperti : Citraland-Graha Famili dengan luas sebesar kota/negara.
Pada prinsipnya, saya kira setiap orang pasti mau berjalan kaki bila setiap pedestriannya seperti ini :
Wow, very nice pedestrian walks!!
Sarana transportasi umum massal atau Mass Rapid Transit merupakan ciri khas dari sebuah negara maju.  Apapun bentuknya (Bus, MRT, LRT, Monorail, Aeromovel dsb). Dengan adanya sarana tersebut, penggunaan kendaraan pribadi dapat kita ditekan, otomatis polusi lebih berkurang kan? Dan semakin banyak orang yang berjalan kaki. Semakin sehatlah bangsa kita. Semoga kita dapat menelurkan bangsa kaki baja daripada pantat baja.

oleh erwin4rch

0 komentar:

Posting Komentar

Mari budayakan memberi komentar dan masukan untuk kemajuan Indonesia

Welcome to WikiUrban - Selamat Datang di WikiUrban